Fenomena Rumah Tangga Hari Ini

Ada fenomena hari ini yang menggejala dalam kehidupan rumah tangga, ada problem besar antara suami istri saat ini, yaitu memudarnya pesona cinta, apakah cinta dapat memudar? apakah cinta bisa layu? bilakah cinta bersemi kembali? Berikut penulis nukilkan dari buku Al-Jannatu fiel Buyut karya Amru Kholid .

Detik Detik Hilangnya Cinta

  1. Sedikit bicara, sebelum menikah yaitu masa khitbah suami istri banyak bicara. Pada masa akad nikah mereka berbicara lebih banyak lagi. Setelah itu kapasitas pembicaraan suami istri menurun.

Setelah menikah seorang suami bisa saja sibuk bekerja hingga tidak sempat lagi ngobrol dengan istrinya, begitupun sang istri terjebak kelelahan dalam rutinitas rumah tangga.

  1. Masa pencarian alasan untuk dapat keluar rumah. Karena minim komunikasi, maka kedua belah pihak mulai tidak nyaman, masing-masing seperti terpenjara dengan dunia masing masing. Sehingga jika berdua-duaan rasanya kurang nyaman.
  2. Masing-masing sibuk menyoroti kekurangan pasangannya, masing masing hanya melihat sisi buruk pasangannya. Rasanya tidak ada manusia di dunia ini yang paling tidak ia sukai melebihi pasangannya, sebel, jengkel.

Semua kenangan pahit, baik ucapan, tingkah laku, bahasa tubuh, seakan selalu menari-nari di pelupuk matanya.

  1. Berhentinya hubungan suami istri di atas ranjang. Suami istri tidak melakukan hubungan apapun selama tahap ini.

Inilah 4 bentuk hilangnya cinta dari rumah tangga. Hal ini tidak terjadi sekaligus tetapi bertahap sedikit demi sedikit, marilah kita masing masing menengok keadaan rumah tangga kita.

Banyak orang tidak menyadari fenomena ini hingga suasana memanas, dan kondisinya sudah memuncak yang berakibat karamnya bahtera rumah tangga mereka.

Apakah mungkin kita katakan kepada suami istri bahwa cinta bisa pulih kembali? Apakah mungkin kita katakan kepada wanita yang bercerai untuk merajut kembali cintanya?

Insya Allah, Allah akan memberkahinya dalam pernikahan. Tentu cinta akan pulih, namun dalam bentuk yang sesuai dengan fase umur masing masing, tidak akan kembali cinta seperti masa khitbah, yang bisa terus ada adalah cinta, kasih sayang, saling memahami, perasaan timbal balik, dan kata kata yang indah.

Allah berfirman dalam surat Ar Ruum ayat 21.

وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنۡ خَلَقَ لَكُم مِّنۡ أَنفُسِكُمۡ أَزۡوَٰجٗا لِّتَسۡكُنُوٓاْ إِلَيۡهَا وَجَعَلَ بَيۡنَكُم مَّوَدَّةٗ وَرَحۡمَةًۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٢١>

Ayat diatas menggunakan kata “Ja’ala”, (fi’il madhi) kata kerja lampau. Artinya begitu suami istri menikah, Allah langsung limpahkan dalam hati mereka kasih sayang pada pasangannya. Karenanya jika anda para suami meminta rujuk (setelah talak roj’i) biasanya istri langsung welcome, karena ini memang sudah tertanam dari sejak awal.

Yaitu sepanjang anda berdua masih berstatus sebagai suami istri. Dan kadang kala cinta ini tetap bertahan hinggapun setelah pasangannya meninggal.

Contoh segar hari ini adalah cinta almarhum Pak Habibi kepada almarhumah Ibu Ainun yang melegenda, Seperti yang sudah Beliau kisahkan, bahkan sudah difilmkan. Demikian pula cinta Nabi kita Muhammad kepada sayyidah Khadijah, tak lekang oleh waktu, tak hilang oleh masa.

Pada peristiwa Fathul Makkah, 14 tahun setelah wafatnya Khodijah, Nabi masuk kota Makkah. Beliau mengajak semua orang untuk bertandang di sisinya.

Beliau bersabda, “Buatkan kemah untukku di sisi kubur Khadijah”. Nabi tetap mencintai Khadijah setelah 14 tahun berlalu.

Hal ini pulalah yang sering membuat istri Beliau (Aisyah) cemburu, sebuah kecemburuan yang aneh memang, cemburu kepada orang yang sudah meninggal

Wahai orang yang mengaku pengikut Nabi, mengapa anda tidak mencontoh Beliau?

Pertanyaannya sekarang, mengapa cinta bisa terkikis? Bukankan Allah telah menancapkannya dalam hati kita?

Benar, akan tetapi cinta bisa terkikis dan hilang sama sekali karena keteledoran kita. Tanaman bila tidak disiram akan mati.

Sebuah kaidah sederhana memang. Dalam ilmu fisika pada hukum penguraian disebutkan, “Segala sesuatu yang tidak diperhatikan dan dijaga akan berkarat, bercerai berai dan habis.”

Bila anda tidak merawat mobil anda maka mobil itu akan rusak, begitu pula kalau anda tidak merawat motor Anda, motor anda akan karatan, dan rusak.

Cinta ibarat pohon, jika disirami, ia akan tumbuh membesar dan berbuah. Namun bila anda menyia-nyiakannya ia akan layu dan mati.

Demikian pula cinta, dulu banyak, namun seiring berjalannya waktu, ia mulai berkurang.

Hendaklah para suami juga para istri menyimpan deposito kasih sayangnya pada bank cinta, yaitu dengan perhatian, kata-kata manis, senyuman, pelukan, kasih sayang dan lain lain, sehingga mereka tidak akan kehabisan stok cinta, cinta mereka tak akan kehabisan pulsa.

Dengan adanya deposito tersebut, perselisihan dan percekcokan dapat berlangsung baik baik saja. Karena cintanya tidak defisit.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman’

Ja’ala bainakum mawaddatan” dan bukan “Ja’ala bainakum hubban”.

Ada perbedaan makna antara lafadz “Mawaddatan” dengan “Hubban”. Kalau “Hubban” maknanya perasaan cinta dalam diri, adapun “Mawaddatan” mengaktualisasi perasaan cinta ke dalam bentuk perilaku.

Jadi dalam bahasa arab “‘Uhibbu fulaanan

Artinya “Dalam hatiku saya merasa cinta padanya”,

Adapun kalimat “ ‘Awaddu fulaanan”,

Artinya “Saya mencintainya dan saya ekspresikan cinta saya tersebut dalam bentuk perilaku tersenyum, mengunjungi, dan lain lain yang sifatnya perilaku atau tindakan”.

Oleh karenanya ketika Allah berfirman tentang suami istri ini tidak berbicara tentang cinta, akan tetapi ada hal yang lebih besar dari itu, yaitu merubah cinta ke dalam perbuatan.

Kata-kata romantis pada pasangan akan menimbulkan kesan yang mendalam dan mencengangkan. Jagat raya ini akan berubah karena kata-kata.

Jangan pelit dengan kasih sayang, ekspresikan kasih sayang anda, segera, sebelum terlambat, sebelum anda menyesal karena pasangan anda telah tiada”

Betapa banyak orang yang baru menyadari, betapa besar cinta ini setelah pasangannya meninggal, ketika hidup bersama terasa biasa-biasa saja, bahkan terkadang merasa bosan dan jenuh.

Topik :
Nasihat