Puasa Adalah Amanah

Nabi saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Khara’ithi dengan sanad Hasan dan Ibnu Mas’ud dalam Makarim Akhlaq bahwa “Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang di antara kamu menjaga amanahnya”. Tujuan utama puasa Ramadhan adalah menjadikan manusia yang bukan hanya beriman, tetapi juga bertakwa sebagaimana firman Allah swt “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al-Baqarah: 183).

Dari dua dalil di atas kita akan mendapatkan dua ciri orang yang bertakwa:

  1. Merasa takut dan diawasi oleh Allah swt
  2. Amanah.

Merasa Takut dan Diawasi oleh Allah swt

Tujuan akhir dari puasa adalah menjadi manusia yang bertakwa, dan puasa bisa melatih kita menjadi manusia yang bertakwa.

Orang yang berpuasa berlatih agar menjadi manusia yang merasa takut. Takut akan pengawasan Allah. Ibadah puasa adalah ibadah yang bersifat rahasia, yang mengetahui kualitasnya hanya diri orang yang berpuasa dan Allah swt.

Dengan sifat puasa yang rahasia ini, puasa mendidik agar senantiasa menjaga kualitas puasa kita. Bisa saja kita diam-diam menengok es kelapa tanpa ada orang yang tahu. Tapi, apakah bisa membohongi diri sendiri dari lari dari pengawasan-Nya? Tidak bisa. Karena Allah Maha Melihat segala sesuatu.

Orang yang berpuasa, hendaknya meyakini kalau dia menjadi seorang tamu di hadapan Allah, bukan menjadi kacung di depan syahwat, meyakini kalau Allah melihat dia dalam keadaan bersembunyi atau terang-terangan. Orang yang berpuasa juga merasa takut pada Allah, dan menjadikan dirinya sebagai penghuni akhirat, sehingga dia selalu mengingat-ingat keadaan di akhirat nanti, bukan apa yang akan dimakan ketika azan maghrib datang.

Harapannya orang yang berpuasa menjadi orang yang bertakwa yang tetap menjaga perilakunya setelah bulan Ramadhan, bukan hanya saat Ramadhan saja, tetapi juga setelahnya. Menjadi manusia yang menjaga perilaku diri karena merasa terus diawasi oleh-Nya.

Amanah

Allah Swt telah mewajibkan puasa sebagai sarana untuk membersihkan hati, mensucikan jiwa, membuat badan sehat dan sebagai sarana untuk memperkuat hubungan antara hamba dan sang Pencipta.

Salah satu nama dari bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. Ya, puasa berarti sabar yang mencakup semuanya. Sabar dalam ketaatan kepada Allah, sabar dari kemaksiatan kepada Allah, dan sabar atas ketentuan-ketentuan Allah swt. Ketika berpuasa, kita bersabar karena meyakini puasa sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, puasa sebagai ibadah, dan puasa sebagai sarana mendekat pada Allah. Dan ketika berpuasa, kita bersabar dari kemaksiatan yang diharamkan oleh Allah swt. Ketika lapar dan haus, kita ingat bahwa kita sedang berada di atas jalan Allah, sabar dengan penuh harap kepada pahala dan dijauhi dari hukuman di akhirat.

Puasa mendidik kita menjadi amanah. Puasa menjadi ujian Amanah bagi manusia karena kewajiban syariat adalah amanah Allah dalam diri setiap hamba yang kelak akan Allah mintai pertanggung jawabannya. Amanah dalam berpuasa artinya menjalankan puasa dari awal sampai akhir waktu, meyakini bahwa puasa adalah ibadah antara hamba dan pencipta, tidak ada yang melihat kecuali Allah swt. Dengan melaksanakan amanah ini, insya Allah kita akan mendapatkan pahala yang besar di dunia dan akhirat.

Kita tidak boleh korupsi sedikitpun. Misalnya diam-diam menelan air putih atau air keran. Korupsi satu detik akan menggugurkan puasa yang telah kita lakukan berjam-jam. Satu hal kecil yang memusnahkan perjuangan besar. Puasa mendidik kita menjadi orang yang amanah, yang menjaga puasa dari awal sampai akhir, yang menjaga kualitasnya dari awal sampai akhir. Puasa mendidik kita menjadi manusia yang amanah. Bukan hanya di bulan Ramadhan saja, tetapi juga pada bulan selanjutnya. Jika kita bisa amanah dalam melakukan puasa, kita diharapkan akan menjadi amanah dalam hal lain, misalnya dalam hal jabatan, kepemimpinan dan tanggung jawab. Jadi efek puasa bukan hanya pada satu bulan, tetapi pada bulan-bulan setelah puasa.

Puasa adalah media pelatihan diri yang efektif. Puasa melatih diri terbiasa berperilaku positif, seperti menolong orang lain, memenuhi janji, berkata jujur, rendah hati dan rela berkorban demi kepentingan orang banyak. Dan juga menjadi media pelatihan diri dari perilaku negatif seperti khianat, meremehkan amanah, tidak jujur, suka berdusta dan sumpah palsu.

Saudaraku, kita semua berharap, puasa kita seperti puasanya para Sahabat Nabi saw yang hanya mengharap wajah dan ridha-Nya, dan diterima amal dan puasa mereka. Puasa yang sukses itu bukan ditunjukkan dengan menahan lapar dan haus, ini hanya penampakan dari luar saja. Puasa yang sukses menjadi arena pelatihan, penggemblengan, ketaatan, dan penyucian jiwa dari noda-noda terutama noda dengki, dusta, salah niat dan buruk sangka.

Semoga tulisan sederhana ini bermanfaat dan bisa memotivasi kita untuk lebih giat lagi dalam beribadah di bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari.

Topik :
Puasa

Terkait