Ramadhan, Stimulasi Umat untuk Menguasai Ayat Qauliyah dan Kauniyah

Bulan Ramadhan telah datang kembali. Sudah seharusnya kita memiliki target agar bulan Ramadhan tahun ini harus lebih baik dari bulan Ramadhan sebelumnya. Alangkah baiknya jika target tersebut merupakan target yang dikaitkan dengan usaha kita untuk mempersatukan semangat kaum muslimin untuk maju dan kembali memimpin peradaban.

Allah SWT telah menyampaikan ayat-ayat qauilyah dan ayat-ayat kauniyah dalam kehidupan kita di dunia. Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang tertulis dan menjadi pedoman hidup bagi manusia. Ayat-ayat kauniyah adalah ayat-ayat berupa kebesaran Allah SWT tercermin di seluruh alam semesta dan dapat dikaji secara mendalam menjadi suatu teknologi yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Lalu apakah umat Islam saat ini memahami, menguasai, dan mengaplikasikan ayat-ayat qauliyahdan ayat-ayat kauniyah tersebut? Kita sudah mengetahui bersama, dalam konteks Indonesia, penguasaan ayat-ayat qauliyah tidak terlalu baik karena belum dijadikannya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang dikaji setiap hari oleh semua umat muslim di Indonesia dan hal ini dapat kita lihat dari kejahatan, keburukan, serta perbuatan amoral lain yang masih saja terjadi di Indonesia.

Kita jauh lebih tertinggal lagi dalam penguasaan ayat-ayat kauniyah karena saat ini penguasaan teknologi dan pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal didominasi oleh orang-orang kulit putih di Amerika Serikat dan Eropa, orang-orang timur dari Jepang dan Cina, serta orang-orang berkulit coklat dari India.

Lalu apa yang salah dari bangsa ini? Dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya? Ramadhan sebagai bulan dimana seluruh umat Islam bersama-sama berusaha untuk beribadah semaksimal mungkin dapat dijadikan momentum bagi kita semua untuk mengubah paradigma berislam untuk kemajuan bangsa.

Jika negara-negara di Eropa dapat membentuk suatu kesatuan bernama uni eropa mengapa umat muslim di dunia tidak dapat melakukan kesatuan yang sama? Islam saat ini memang terdiri dari organisasi-organisasi yang menggunakan metode berbeda-beda dalam menegakkan agama Islam dan itu bukanlah suatu kesalahan.

Yang sering menjadi masalah, terutama di Indonesia, kadang kita sering mempermasalahkan hal-hal yang semestinya tidak perlu dipermasalahkan seperti qunut atau tidak qunut, menggerakkan jari atau tidak saat tahiyat akhiri, tarawih berapa rakaat, dan lain sebagainya. Terlalu banyak kita mempermasalahkan suatu masalah yang sunat padahal membangun peradaban Islam adalah sesuatu yang wajib.

Maka sudah saatnya Ramadhan dijadikan sarana untuk mengubah paradigma kita bahwa Islam harus kembali memimpin peradaban dengan menguasai ayat-ayatqauliyah serta ayat-ayat kauniyah Allah SWT. Kita harus berusaha menempa diri sebaik-baiknya sebagai pemimpin yang mempunyai ghirah/semangat untuk menyatukan visi Islam sebagai pemimpin peradaban. Bukan suatu masalah metode apa yang digunakan oleh masing-masing organisasi. Yang jadi masalah adalah jika kita tidak bersifat terbuka, rendah hati, dan objektif dalam melihat suatu keadaan hingga kita merasa metode yang kita gunakan adalah yang paling benar.

Kita tidak boleh lagi bertengkar untuk masalah-masalah yang tidak substantif karena substansi permasalahan umat Islam yang sejati adalah kesatuan umat Islam itu sendiri. Paradigma tersebut yang harus dibangun.

Oleh karena itu Ramadhan harus dijadikan sarana mengubah paradigma tersebut dengan memaksimalkan peran ulama, tokoh masyarakat, dan peran kita semua sebagai santri. Penyatuan visi tersebut akan membuat harakah-harakah yang ada dapat membangun peradaban bersama-sama tanpa harus berkonflik sesama umat Islam sendiri dan berdebat untuk masalah-masalah yang tidak substantif.

Ramadhan menjadi bulan penempaan diri untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bukan sekedar bacaan sehari-hari, dengan kata lain, kajian terhadap Al-Qur’an sudah seharusnya tidak hanya dilakukan besar-besaran di bulan Ramadhan tapi juga di 11 bulan lainnya.

Ramadhan menjadi bulan penempaan kita untuk menjadi pemimpin yang terbuka pikirannya, rendah hati, dan objektif dalam melihat semua permasalahan. Dan itu semua tidak akan mungkin kita dapatkan tanpa pemahaman Islam yang komprehensif yang bisa kita maksimalkan usaha untuk mendapatkannya di bulan Ramadhan.

Sebagai usaha kita menguasai ayat-ayat kauniyah, kita sebagai santri harus dapat mengaitkan semua ilmu yang kita pelajari dengan kebesaran Allah SWT yang dengan itu, sifat keilahian dari suatu ilmu tidak hilang. Pada dasarnya semua ilmu yang bermanfaat adalah dari Allah SWT dan kita wajib mendalaminya sesuai dengan ayat Al-Qur’an yang pertama turun yaitu “Bacalah.”

Maka Ramadhan kali ini sudah semestinya dijadikan momentum bagi bangsa Indonesia untuk menggiatkan budaya membaca. Mahasiswa dapat berperan dengan membagi-bagikan ilmu yang dimilikinya serta bacaan yang bermanfaat di seluruh wilayah baik langsung secara fisik atau dengan media online.

Gagasan kita yang tertulis merupakan suatu amal ibadah yang konkret untuk berkontribusi dalam menegakkan peradaban Islam. Kesimpulan inti dari semua gagasan tersebut adalah memanfaatkan Ramadhan sebaik-baiknya untuk mengubah paradigma masyarakat terhadap kesatuan umat Islam sehingga peradaban Islam yang madani dapat terwujud serta umat Islam dapat benar-benar menguasai ayat-ayat qauliayah serta ayat-ayat kauniyah Allah SWT.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q,S Ali Imran:110)

Topik :
Nasihat Ramadhan