Sahabat Yang Dikabarkan Masuk Surga Selain 10 Sahabat Utama
Sesungguhnya derajat tertinggi dalam kalangan Ahlu Hadits adalah sanad para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam, mereka adalah orang-orang yang adil dengan jaminan dari Allah pada mereka.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa mereka adalah orang pilihan dari umat dan pendahalu umat, menyebutkan kebaikan mereka adalah merupakan hujjah yang terang lagi jelas, dan harus menahan diri dari menyebutkan keburukan tentang mereka begitu tentang setiap perselisihan yang terjadi di kalangan mereka.
Sebab siapapun yang mencela sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam atau salah seorang diantara sahabat menyebutkan kekurangan, menuduh atau sengaja mengumbar aib dan meremehkan salah seorang diantara mereka maka pelakunya adalah seorang yang telah berbuat Dzolim pada diri dan juga pada sahabat.
Padahal mencintai para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam adalah Sunnah mendoakan mereka adalah bentuk Taqarrub kepada Allah mengikuti mereka merupakan wasilah kepada Jannah, mengambil atsar mereka adalah merupakan suatu keutamaan, para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam adalah sebaik-baik manusia tidak diperkenankan seorangpun untuk menyebutkan keburukan mereka.
Para sahabat merekalah yang menukilkan sunnah nabawiyah bahkan juga Al Qur’an Malaikat Jibril Alaihisalam membawa amanah yang besar diturunkan kepada Al Amin Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam sebaik-baik makhluk di muka bumi lalu kemudian oleh para sahabat menukilkan amanah yang besar itu hingga bisa tersampaikan kepada kita.
Oleh karenanya Al Qur’an membicarakan tentang kemuliaan mereka, menyebutkan mereka dengan indah, mereka hidup dalam kehidupan yang lurus, apa yang mereka lakukan di perang Badar, Uhud, Mu’ta dan Yarmuk saja yang dijadikan teladan akan tetapi setiap lembaran dari lembaran kehidupan mereka adalah keteladanan yang dibutuhkan, karena jika kita perhatikan setiap apapun yang mereka lakukan adalah untuk mencapai tujuan akhirat, setiap gerak dan langkah mereka adalah dalam rangka menggapi keridhoan dari Allah S.W.T.
Melalui merekalah yang menjadi contoh permisalan yang tinggi lagi suci serta lurus hingga Al Qur’an dan Sunnah Nabawiyah sampai kepada kita, oleh karenanya wajib bagi kita untuk mencintai dan ridho kepada mereka, terlebih terhadap para Ahlul Bait yang telah berjuang bersama Rasulullah.
Shalallahu’alaihi wa Sallam mereka mendapatkan dua keutamaan yakni karena kedekatan mereka dengan nasab nabi dan karena mereka adalah sahabat nabi hingga terkumpul dua keutamaan tersebut pada diri mereka. Dan pada kesempatan ini kita membahas keutamaan yang Allah berikan pada mereka serta wasiat dari Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam yang merupakan bagian masalah yang sangat penting yakni berkaitan dengan para sahabat yang mendapatkan kekhususan dengan dikabarkan mereka adalah calon penghuni surga disaat mereka masih hidup, dari kalangan Ahlul bait dan selainnya 10 sahabat utama yang telah banyak di tulis di berbagai kitab adapun para sahabat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ushairam Bani Abi Al Asyhal Radhiallahu’anhu ( 3 H )
Dia adalah ‘Amru bin Tsabit bin Wakish/Uqaish bin Zaghbah bin Za’ura’ al Ashali al Anshary terkadang dipanggil dengan nama kakeknya Uqaish ibunya saudara perempuan dari sahabat Hudzaifah ibnul Yaman panggilannya Ushairim dan menjadi Syuhada pada perang Uhud.
Keislamannya tertunda sampai detik-detik akhir keberangkatan pasukan islam menuju perang uhud, ia pun syahid pada perang tersebut dan belum pernah satu kalipun sholat kepada Allah S.W.T Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam mengabarkan bahwa Ushairim termasuk dari Ahlu Jannah.
Di dalam shahih al Bukhari dari Al Bara’ Radhiyallahu’anhu berkata : Seseorang bertopeng besi datang menemui Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam lalu berkata :
“Ya Rasulullah apakah aku harus berperang dulu atau masuk islam terlebih dahulu?”
Lalu Nabi pun berkata : “Masuk islamlah terlebih dahulu lalu kemudian berperang”
Maka kemudian ia masuk islam dan berperang lalu terbunuh, lalu kemudian Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda : “عمل قليلا و أجر كثيرا” artinya “ ia melakukan amalan yang sedikit namun mendapatkan balasan yang banyak”.
Sedangkan Imam Muslim meriwayatkan dengan Lafadzh
جاء رجل من بني النبيت – قبيل من الأنصار- فقال: أشهد أن لا اله الا الله و أنك عبده ورسوله. ثم تقدم فقاتل حتى قتل, فذكره. وأخرجه النساءي ولفظه : يا رسول الله أريت لو أني حملت على القوم فقاتلت حتى أقاتل أكان خيرا لي ولم أصل صلاة ؟. قال : نعم.>
Artinya : Seseorang datang kepada Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam berasal dari kabilah nubait yakni satu kabilah dari kaum Anshor seraya berkata : Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan Engkau adalah hamba dan utusan Allah. Lalu ia pun maju berperang lalu terbunuh.
Sedangkan yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasai lafadznya : Ya Rasulullah apa pandanganmu jika aku berperang melawan satu kaum lalu terbunuh sedangkan aku belum pernah melakukan satu kalipun sholat apakah hal tersebut baik bagiku? Maka Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam pun berkata : Ya.
Dan telah menjadi ketetapan bahwa beliau telah mendapatkan berita gembira bahwa beliau termasuk dari penghuni surga Allah : Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
2. Bilal bin Rabah Radhiyallahu’anhu ( 20 H )
Bilal bin Rabah al Habasyi sahabat dan Muadzin Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam dan hamba sahaya dari sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu’anhu yang kemudian dibebaskan, merupakan golongan yang terdahulu masuk islam teraniaya di jalan Allah.
Ibunya hamamah yang merupakan hambah sahaya bani Jumah dilahirkan di makkah 41 SH dan meninggal di Damaskus 20 H dimakamkan di pekuburan Bab Shaghir, isterinya bernama Hindun al Khaulaniyah dan Halah binti Auf.
Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu berkata: yang pertama kali menampakkan keislaman ada tujuh orang: Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ammar bin Yasir, Sumayyah binti Khabbat, Suhaib, Bilal dan Miqdad.
Adapun Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam dilindungi oleh paman beliau Abi Thalib, begitu juga Abu Bakar oleh kaumnya adapun selainnya disiksa oleh kaum mereka sendiri dengan berbagai siksaan baik dengan diikat besi lalu di biarkan begitu saja ditengah terik panasnya padang pasir.
Bilal bin Rabah pun tidaklah luput dari siksaan dimana kaumnya menyerahkan dirinya pada dua anak remaja yang kemudian diikat di arak ke sekeliling sudut dan lembahan kota mekkah dalam keadaan haus lapar dan tidak lagi memiliki daya meskipun demikian ia tetap teguh dan selalu berusaha melafadzkan kalimat “ahadun Ahad” hanya Allahlah yang Esa tiada sekutu baginya.
Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari Rahimahullah dari Umar bin Al Khattab Radhiyallahu’anhu berkata: “Abu Bakar adalah penghulu dan pendahulu kami yang telah membebaskan Bilal yang juga menjadi penghulu dan pendahulu kami”.
Atha’ al Khurasani berkata: aku berada disisi Ibnu Musayab lalu kemudian ada yang menyebutkan tentang Bilal, maka kemudian ia berkata:
“Bilal adalah seorang yang sangat teguh mempertahankan Diennya, hingga ia disiksa di jalan Allah karenanya hingga kemudian Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam mendapatinya dalam keadaan demikian”
Nabipun berkata:
“Seandainya kita memiliki harta tentu kita akan membeli Bila”.
Maka kemudian Abu Bakar menjumpai al Abbas dan memintanya membeli Bilal untuknya lalu al Abbas pun membeli Bilal dan mengirimnya kepada Abu Bakar kemudian dibebaskannya.
Bilal bin Rabbah Radhiyallahu’anhu mengikuti seluruh peperangan bersama Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam termasuk perang pertama dalam islam yakni perang Badar, di Madinah beliau ditugaskan untuk menjaga Baitul Mal kaum muslimin yang diperuntuk para janda anak yatim fakir dan miskin.
Beliau senantiasa selalu berjihad semasa hidupnya hingga beliau wafat jauh dari tanah kelahiran dan tempat yang paling ia cintai begitu dengan kenangan orang-orang yang sangat ia cintai selamanya, setiap sudut tanah Hijazz adalah kenangan indah bersama orang yang paling ia cintai yakni Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam sehingga hal itu selalu membuatnya sedih jika mengingatnya.
Begitu juga soal Adzan yang menjadi tugas yang diberikan Nabi padanya ia akhiri beberapa sahabat senior telah memaksanya untuk melantunkan Adzan akan tetapi ia tidak pernah bisa menyelesaikan adzan tersebut karena baginya setiap lantunan adzan adalah lembaran kenangan bersama dengan Nabi Muhammmad Shalallahu’alaihi wa Sallam dimana Bilal tak kuasa menahan rasa rindu tersebut. Ada sekitar 10 sahabat yang telah meriwayatkan tentang bisyaroh kabar gembira bahwa Bilal bin Rabbah adalah merupakan calon penghuni surga mereka adalah Abu Hurairah, Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Zaid bin Arqam, Wahshi bin Harb, Sahl bin Sa’ad, Abu Umamah, Annas bin Malik dan Buraidah Radhiyallahu’anhum Ajma’in.
Adapun yang paling Shahih adalah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Jabir bin Abdillah. Adapun hadits tersebut sebagai berikut.
عن أبي زرعة بن عمرو بن جرير عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : (( يا بلال حدثني بأرجى عمل عملته في الاسلام عندك منعفةً, فاِني سمعت الليلة خشف نعليك بين يديَّ في الجنّة)). فقال بِلالٌ: ما عملت عملاً في الإسلام أرجى عندي منفعةً إلاَّ أنِّي لم أتطهر طهوراً تاماً في ساعةٍ من ليلٍ أو نهارٍ إلاَّ صليت بذلك الطهور ما كتب الله لي أن أصلى.>
Dari Abi Zur’ah bin Amru bin Jarir dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah Shalallahu’alaihi wa Sallam bersabda: Wahai Bilal ceritkanlah padaku amal pamungkas apa yang kamu kerjakan di dalam islam hingga sangat memberikan manfaat padamu, Karena sesungguhnya aku tadi malam mendengarkan suara terompamu di surga? Maka Bilal pun berkata: Tidak wahai Rasulullah aku tidak memiliki amalan pamungkas di dalam islam yang sangat memberikan manfaat padaku kecuali jika aku setelah bersuci dengan sempurna lalu aku melakukan sholat baik malam atau siang hingga sampai Allah berkehendak dan tetapkan semampuku untuk melaksanakannya.
3. Tsabit bin Qais Radhiyallahu’anhu
Ia Tsabit bin Qais bin Shamas al Anshori al Khazraji (Abu Muhammad/Abu Abdurrahman) seorang orator kaum anshari termasuk sahabat besar Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam, Nabi memberikan bisyaroh kabar gembira kepadanya bahwa ia termasuk penghuni surga, beliau syahid pada perang Yamamah pada masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq pada tahun 12 H.
Ibunya adalah Hindun Thaiyah atau Kabsyah binti waqid sedangkan saudara laki-laki ibunya adalah Abdullah bin Rawahah dan Amrah binti Rawahah, isterinya Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul. Beliau mengikuti seluruh peperangan bersama dengan Nabi kecuali perang badar.
Ibnu Ishaq berkata: Dikatakan bahwa Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam mempersaudarakan dirinya dengan Ammar bin Yasir serta Hudzaifah ibnu Yaman suaranya lantang orator pengkhotbah yang ulung.
عن أنس ، قال : خطب ثابت بن قيس مقدم رسول الله - صلى الله عليه وسلم - المدينة ، فقال : نمنعك مما نمنع منه أنفسنا وأولادنا ، فما لنا ؟ قال : الجنة . قالوا : رضينا>
Dari Annas bin Malik berkata: Tsabit bin Qais berkhutbah dalam menyambut kedatangan Nabi Shalallahu’alaihi wa Sallam ke Kota Madinah maka iapun berkata: Kami akan membelamu sebagaimana kami membela melindungi diri kami dan anak-anak kami, lalu apakah yang akan kami dapatkan Ya Rasululah? Maka Nabi pun berkata: Surga , lantas merekapun membalas kami ridho dengan itu.
Dari Malik dan selainnya: Dari Ibnu Syihab, dari Ismail bin Muhammad bin Tsabit bin Qais sesungguhnya Tsabit bin Qais berkata : Ya Rasulullah sesungguh aku takut bahwa aku benar-benar dalam kebinasaan karena Allah melarang kita untuk menyukai pujian terhadap apa yang tidak kita lakukan, sedangkan aku mendapati diriku suka dengan pujian begitu juga Allah melarang kita untuk berbuat sombong dan angkuh, sedangkan aku adalah orang yang menyukai sesuatu yang indah, Allah juga melarang kita untuk mengangkat tinggi suara melebihi suaramu sedangkan aku orang yang suaranya tinggi, maka Nabi pun berkata: Wahai Tsabit apakah engkau tidak ridho jika kamu hidup dalam kemuliaan dan engkau gugur sebagai syuhadah lalu masuk surga?
Dari Ikrimah berkata: Tatkala turun ayat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ>
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.”
Tsabit bin Qais pun berkata: Aku adalah orang yang telah mengangkat suara diatas suaranya Nabi, maka oleh karena itu aku adalah penghuni neraka jahannam.
Kemudian Tsabit mengurung dirinya dirumahnya, Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa Sallam merasa kehilangan Tsabit lalu disebutkan oleh para sahabat tentang dirinya yang mengurung diri dirumahnya.
Maka Nabi berkata: “Justru dia adalah penghuni surga, tatkala pecah pertempuran di Yamamah melawan Nabi palsu Musailamah al Kadzab kaum muslimin tercerai berai”
Maka Tsabit pun Berkata: “Cih! Celakah bagi orang-orang itu dan apa yang mereka sebab, Cih! Celakah bagi orang-orang itu terhadap apa yang mereka lakukan. Wahai sekalian kaum Anshor!”
Tatkalah
BERSAMBUNG…