Sholat Wanita Di Masjid

Wanita muslimah setara posisinya dengan lelaki muslim sebagai HAMBA ALLOH, ia memiliki kewajiban yang sama dengan kaum lelaki dalam melaksanakan ibadah fardlu, seperti sholat misalnya, ia sama sama diperintahkan oleh Alloh melaksanakan sholat 5 waktu tepat pada waktunya,tidak lalai meski ia sibuk mengurus pekerjaan rumahtangga yang tak ada habisnya .Karena sholat adalah tiang agama ,barangsiapa menegakkannya berarti ia telah menegakkan agama,dan barangsiapa meninggalkannya berarti ia merobohkan agama.Nabi kita ketika ditanya amalan apa yang paling afdhol, maka Beliu bersabda sholat pada waktunya. Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Masud ia berkata ,aku bertanya kepada Rasulullah apakah amal yang paling utama?Beliau menjawab shalat pada waktunya aku bertanya,Kemudian apa lagi? Beliau menjawab; Berbakti kepada kedua orang tua, aku bertanya,Kemudian apalagi ? Beliau menjawab Jihad di jalan Allah. (muttafaqun alaih)

Sholat juga sebagai rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya, mereka merasakan dan menikmatinya 5 kali dalam sehari. Rehat badan dan pikiran dari kesibukan dunia yang melelahkan. Sholat juga dapat mensucikan seorang hamba, membersihkan dosa-dosanya sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, Dari Abu Hurairah RA ia berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

اريىتم لو ان نهرا بباب احد كم يغتسل منه كل يوم خمس مرات هل يبقى من درانه شيء قالوا لا يبقى من درنه قال فذالك الصلوات الخمس يمجوا الله بهن الخطايا متفق عليه’

Bagaimana pendapat kalian andaikan ada sebuah sungai diambang pintu kalian ,dia bisa mandi disitu 5 kali sehari adakah sedikit saja kotorannya yang tersisa ?Mereka menjawab ,’Tidak ada kotorannya yang menyiksa. Beliau bersabda , Yang demikian itulah perumpamaan sholat 5waktu ,yang dengannya Alloh menghapus kesalahan kesalahan. (muttafaqun alaih)

Dari Utsman bin Affan RA dia berkata. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

ما من امرء مسلم تحضره صلاة المكتوبه م فيحسن وضوءها و خشوعها وركوعها كانت كفارة لما قبلهامنالذنوب ما لم توت كبيرة وذالك الدهركله رواه مسلم

Tidaklah ada diantara orang Muslim itu jika tiba waktu shalat wajib lalu ia memperbagus wudhunya, kekhusukannya, dan rukunya, melainkan sholat itu menjadi penebus dosa dosa sebelumnya, selagi ia tidak mengerjakan dosa besar, dan itu berlaku selama lamanya. (HR Muslim)

Islam telah memberi rukhshoh kepada kaum wanita untuk tidak selalu berjamah di masjid, akan tetapi Islam juga membolehkan wanita mengikuti sholai berjamah di masjid. Beginilah yang pernah diamalkan para sahabiyat sholat bersama Rosululloh SAW. Dari Aisyah RA, Ia berkata : “ Kami para wanita mukminah yang pernah ikut sholat subuh bersama Rosululoh SAW sambil mengenakan hijab ”. Kemudian mereka kembali ke rumah mereka masing masing setelah sholat sementara tak seorangpun yang mengetahui siapa saja wanita wanita itu.karena hari masih gelap. (HR Asyaikhoni)

Rasulullah SAW memendekkan shalatnya ketika mendengar suara tangis bayi ,karena khawatir tangis bayi itu merisaukan hati ibunya. Imam Bukhari mentakhrij hadits ini dari beberapa jalan, Sesungguhnya aku benar benar sudah masuk waktu sholat dan aku bermaksud memanjangkannya,lau kudengar tangis bayi, maka kupercepat sholatku karna Aku menyadari kerisauan hati ibunya karna tangis bayi itu.

Sungguh Rahmat Allah terhadap kaum wanita amat sangatlah besar, Allah tidak membebani wanita kewajiban shalat berjamah di masjid 5 waktu dalam sehari. Andai Allah mewajibkan pastilah tentu kaum wanita tidak akan sanggup melaksanakan ,terutama yang memiliki anak anak kecil, sementara ia tidak ada asisten rumah tangga,yang kalo mau sholat fardhu saja nunggu suaminya pulang dari masjid agar ada yang menjaga anaknya .Maka merupakan kebijaksanaan yang tinggi bahwa kewajiban sholat berjamaah di masjid hanya berlaku bagi laki laki,tidak bagi wanita. Namun wanita diberi kebebasan untuk mendirikan sholat di masjid ataupun di rumahnya. Suami tidak boleh melarang istrinya pergi ke masjid apabila ia meminta izin untuk sholat berjamaah dimasjid. Sebagaimana yang ditetapkan Rasulullah SAW dalam banyak hadits,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَلِيٍّ ثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ ثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى ثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي سَالِمٌ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ (لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا) قَالَ فَقَالَ بِلالُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ وَاللَّهِ لَنَمْنَعُهُنَّ قَالَ فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ فَسَبَّهُ سَبًّا شَدِيدًا مَا سَمِعْتُهُ سَبَّه َى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقُولُ وَاللَّهِ لَنَمْنَعُهُن مِثْلَهُ قَطُّ أُخْبِرُكَ عَنْ رَسُولِ اللَّه

رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ حَرْمَلَةَ

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin ibrohim telah bercerita kepada kami Muhammad bin Hasan telah bercerita kepada kami Harmalah bin yahya telah mengabarkan kepada kami yunus dari syihab telah mengabarkan kepadaku salim dari ayahnya ia berkata aku mendengar rasulullah bersabda janganlah kalian menghalangi istri istri kalian datang ke masjid, jika mereka meminta izin kepada kalian, kemudian bilal bin abdulloh bin umar berkata: “ Sungguh kami akan melarangnya.maka abdullah bin umar menghadap padanya dan menghardik dengan keras yang belum pernah aku dengar sebelumnya aku memberitahumu dari rasulullah lalu kamu malah melarangnya”. (HR Muslim dari Harmalah)

َّPenulis mencoba mengeksplorasi hadits tentang kehadiran wanita muslimah ke masjid dari maktabah syamilah,berikut kutipannya.

  • بَابُ مَا جَاءَ فِي خُرُوجِ النِّسَاءِ إِلَى الْمَسَاجِدِ.

بِالْجَمْعِ وَفِي نُسْخَةٍ: (الْمَسْجِدِ) بِالْإِفْرَادِ عَلَى إِرَادَةِ الْجِنْسِ.

466 - 466 - (مَالِكٌ أَنَّهُ بَلَغَهُ) وَبَلَاغُهُ صَحِيحٌ، أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ مِنْ رِوَايَةِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ سَالِمٍ (عَنْ) أَبِيهِ بِنَحْوِهِ، وَبِلَفْظِهِ مِنْ رِوَايَةِ نَافِعٍ، عَنْ (عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «لَا تَمْنَعُوا إِمَاءَ اللَّهِ» ) بِكَسْرِ الْهَمْزَةِ وَالْمَدِّ جَمْعُ أَمَةٍ، ذَكَرَ الْإِمَاءَ دُونَ النِّسَاءِ إِيمَاءً إِلَى عِلَّةِ نَهْيِ الْمَنْعِ عَنْ خُرُوجِهِنَّ لِلْعِبَادَةِ، يُعْرَفُ ذَلِكَ بِالذَّوْقِ (مَسَاجِدَ اللَّهِ) عَامٌّ خَصَّهُ الْفُقَهَاءُ بِأَنْ لَا تَطَيُّبَ لِزِيَادَةِ أَبِي هُرَيْرَةَ عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ وَابْنِ خُزَيْمَةَ، وَزَيْدِ بْنِ خَالِدٍ عِنْدَ ابْنِ حِبَّانَ

Hadis diatas menjelaskan larangan mencegah wanita mendatangi masjid secara umum, sementara ulama menkhususkan atau mengecualikan kepergian wanita tersebut tanpa meamakai minyak wangi.

فِي آخِرِ هَذَا الْحَدِيثِ: " «وَلْيَخْرُجْنَ تَفِلَاتٍ» " بِفَتْحِ الْفَوْقِيَّةِ وَكَسْرِ الْفَاءِ أَيْ: غَيْرِ مُتَطَيِّبَاتٍ، وَلِلْحَدِيثِ بَعْدَهُ: " «فَلَا تَمَسَّ طِيبًا» " وَسَبَبُ مَنْعِ الطِّيبِ مَا فِيهِ مِنْ تَحْرِيكِ دَاعِيَةِ الشَّهْوَةِ، فَيَلْحَقُ بِهِ مَا فِي مَعْنَاهُ كُحْلِيٍّ يَظْهَرُ أَثَرُهُ، وَحُسْنِ مَلْبَسٍ وَزِينَةٍ فَاخِرَةٍ، وَالِاخْتِلَاطِ بِالرِّجَالِ، وَأَنْ لَا يَكُونَ فِي الطَّرِيقِ مَا يُخَافُ مِنْهُ مَفْسَدَةٌ وَنَحْوُهَا، وَأَنْ لَا تَكُونَ شَابَّةً مَخْشِيَّةَ الْفِتْنَةِ، وَفِيهِ نَظَرٌ، إِلَّا إِنْ أُخِذَ الْخَوْفُ عَلَيْهَا مِنْ جِهَتِهَا؛ لِأَنَّهَا إِذَا عَرَتْ مِمَّا ذُكِرَ وَاسْتَتَرَتْ حَصَلَ الْأَمْنُ عَلَيْهَا، وَلَا سِيَّمَا إِذَا كَانَ ذَلِكَ بِاللَّيْلِ، وَقَدْ وَرَدَ فِي بَعْضِ طُرُقِ هَذَا الْحَدِيثِ وَغَيْرِهِ أَنَّ صَلَاتَهَا فِي بَيْتِهَا أَفْضَلُ مِنَ الْمَسْجِدِ، فَفِي أَبِي دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ مَرْفُوعًا: "

«لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ» "

Hadits diatas menerangkan adab wanita muslimah yang akan pergi ke masjid”, diantaranya “, tidak memakai wewangian,sementara faktornya karena dapat merangsang syahwat lelaki,oleh karenanya masuk pula disini,perhiasan,pakaian mewah,tidak ikhtilat atau campur baur dengan jamaah pria. .

وَلِأَحْمَدَ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ وَالطَّبَرَانِيِّ، عَنْ أُمِّ حُمَيْدٍ السَّاعِدِيَّةِ: " «أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، فَقَالَتْ: إِنِّي أُحِبُّ الصَّلَاةَ مَعَكَ، قَالَ: قَدْ عَلِمْتُ وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكَ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ الْجَمَاعَةِ» " وَلَهُ شَاهِدٌ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ عِنْدَ أَبِي دَاوُدَ، وَوَجْهُ كَوْنِ صَلَاتِهَا فِي الْأَخْفَى أَفْضَلُ؛ تَحَقُّقُ الْأَمْنِ فِيهِ مِنَ الْفِتْنَةِ، وَيَتَأَكَّدُ ذَلِكَ بَعْدَ وُجُودِ مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ مِنَ التَّبَرُّزِ بِالزِّينَةِ، وَمِنْ ثَمَّ قَالَتْ عَائِشَةُ مَا قَالَتْ كَمَا يَأْتِي. (شرح الزرقاني على الموطأ , باب في خروج النساء إلى المسجد :1, 673)

خُرُوجُ النِّسَاءِ إِلَى الْمَسَاجِدِ

Hadits ini diriwayatkan ada seorang shahabiyah bernama Ummu Ubaid As Saidiyyah yang berkata pada Rosululloh; Sungguh aku sangat ingin shalat berjama’ah bersamamu’. Maka Nabi bersabda, “Sesungguhnya sholatmu di rumahmu lebih baik dari sholatmu di masjid, dan sholatmu dikamarmu lebih baik dari sholatmu di rumahmu ,dan sholatmu di masjid kaummu lebih baik dari sholatmu di masjid jami’ “.

Hal ini setelah kejadian wanita wanita yang tabarruj ketika pergi ke masjid,

(روى مسلم في صحيحه بسنده عَنْ سَالِمٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ، أَنَّ عَبْدَ اللهَ بْنَ عُمَرَ- رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا- قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ: «لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا». قَالَ: فَقَالَ بِلَالُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: وَاللهِ لَنَمْنَعُهُنَّ. قَالَ: فَأَقْبَلَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللهِ فَسَبَّهُ سَبًّا سَيِّئًا مَا سَمِعْتُهُ سَبَّهُ مِثْلَهُ قَطُّ. وَقَالَ: أُخْبِرُكَ عَنْ رَسُولِ اللهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ- وَتَقُولُ: وَاللهِ لَنَمْنَعُهُنَّ).

Ketika Abdullah putra Umar bin khattab menyampaikan hadits ”janganlah kalian mencegah wanita wanita kalian yang akan ke masjid jika mereka meminta izin. Bilalـlalu putra Abdulloh , menimpali ”Demi Allah aku akan mencegah mereka

Lalu Abdulloh menghardik Bilal dengan amat keras belum pernah aku mendengarnya sedemikian itu sebelumnya.seraya berkata, Aku menyampaikan hadits Nabi, sementara engkau berkata “Demi Allah aku akan mencegah mereka”.

الشرح:

قد صح من السنة العملية والسنة القولية خروج النساء إلى المساجد وحضورهن مشاهد الخير، وثبت نهي الرجال عن منعهن من ذلك، ومنه ما في هذا الحديث. وعليهن قبل الخروج أن يستأذن الرجال كما هو مقتضى قوله: (إِذَا اسْتَأَْنَّكُمْ إِلَيْهَا) كما ثبت أيضا نهيهن عن مس الطيب إذا أردن الخروج، وعليهن لا يبدين زينتهن إلا ما ظهر منها، وأن يضربن بخمرهن على جيوبهن، وأن يدنين عليهن من جلابيبهن، وهي ما يجعل فوق الثياب كلها كالملاءة ونحوها، وأن لا يضربن بأرجلهن ليعلم ما يخفين من زينتهن، فلا يسمع منها خشخشة الحلي،الخلخال، وأن يمشين في حافات الطريق، ولا يحاققن الطريق، أي لا يمشين في وسطه. وهذه كلها مأخوذة من الآيات والأحاديث في هذا الباب ولما

يلتزمنه، ولا يمنعهن منعا يكون إبطالا لنهيه الأول عن منعهن.

Telah jelas dari Sabda Nabi maupun dari tindakan Nabi akan kebolehan wanita muslimah pergi ke masjid maupun menghadiri majlis- majlis kebaikan setelah mereka meminta izin terlebih dahulu .dengan syarat tidak memakai parfum, tidak tabarruj tidak menghentakkan kaki sehingga kedengaran gemerincing gelang kaki hendaknya berjalan di pinggir jalan tidak memenuhi jalanan,dan tidak jalan di tengah tengah jalan, ini semua aturan islam yang Allah atur dalam Al Quran maupun al hadits.

ي عن مالك عن يحيى بن سعيد عن عمرة بنت عبد الرحمن عن عائشة -رضي الله تعالى عنها- زوج النبي -صلى الله عليه وسلم- أنها قالت: “لو أدرك رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ما أحدث النساء لمنعهن المساجد، كما منع نساء بني إسرائيل”.

قال يحيى بن سعيد -رحمه الله-: فقلت لعمرة -رحمها الله-: أو منع نساء بني

إسرائيل المساجد؟ قالت: نعم"

Dari Malik dari yahya bin said amiroh binti abdur rohman dari Aisyah istri Nabi SAW sesunggahnya blio berkata andai Rasulullah SAW mengetahui apa yang terjadi dengan kondisi wanita hari ini pasti Blio melarang wanita pergi ke masjid sebagaimana wanita bani israil yahya bin sa’id berkata rohimahuloh aku berkata kepada amiroh rohimahaloohapakah wanita bani Israil dilarang ke masjid ? ia menjawab benar,عليه

عن مالك عن يحيى بن سعيد -الأنصاري- عن عاتكة بنت زيد بن عمرو بن نفيل -أخت سعيد بن زيد أحد العشرة العدوية صحابية من المهاجرات- امرأةعمر بن الخطاب -ابن عمها- أنها كانت تستأذن عمر بن الخطاب إلى المسجد" وهي امرأته مذكورة بجمالها، تزوجها عمر بعد ثلاثة أو أربعة، المقصود أنها مثار فتنة، وعمر يتشوف إلى أنها لا تخرج إلى المسجد، لكنه يقف عند النص: ((لا تمنعوا)) وهي أيضاً تريد الأجر بخروجها إلى الصلاة مع جماعة المسلمين، تشهد صلاتهم ودعوهم “كانت تستأذن عمر بن الخطاب إلى المسجد فيسكت” لأنه يكره خروجها “فتقول: والله لأخرجن إلا أن تمنعني” لأنها ترى أنه إذا منعها وقد نوت الخروج أنه يكتب لها أجرها كما قرر ذلك الباجي، يقول: “فلا يمنعها” لئلا يخالف الناص، لا يقع في مخالفة الحديث.

عبد الله بن الزبير احتال على خروجها؛ لأنه تزوجها بعد ذلك، تزوجها عبد الله بن الزبير، احتال لمنعها ولم يمنعها. . . . . . . . .، وقف في طريقها بحيث لا تراه، وهي ذاهبة إلى صلاة العشاء، فلما مرت ضربها من الخلف واختفى، لما رجعت من المسجد، قالت: خلاص لن أخرج إلى المسجد مرة ثانية فسد الزمان وفسد أهله، والله المستعان. ( شرح الموطأ-عبد الكريم الحضير ج37 ص21)

Diriwayatkan dari Malik dari Yahya bin Sa’id Al Anshari dari Atikah binti Zaed bin Amru bin Nufail saudari Said bin Zaid seorang shohabiyah dari kalangan muhajiroh istri Umar bin Khattab yang merupakan putri pamannya (sepupu) ia meminta izin umar bin khattab untuk pergi ke masjid, sedang Atikah merupakan wanita yg terkenal akan wajahnya yang rupawan dan cantik jelita yang ini merupakan objek fitnah dan Umar amat sangat mencemburuinya, akan tetapi umar tidak bisa berbuat apa apa karena ada nash hadits yang tentang seorang suami yg dimintai izin istrinya pergi ke masjid maka jangan sampai melarangnya. Sementara Atikah mengharapkan pahala dari Allah dengan mengikuti shalat berjamah dengan kaum muslimin. Saat Atikah meminta izin umar hanya diam, (mau mengiyakan hatinya cemburu, mau mencegah ada larangan dari Nabi ).

فإذاً: الحكم هو أنه يؤذن لهن كما جاءت بذلك النصوص، لكن بالشروط والقيود التي دلت عليها النصوص.

.

وقوله: (لا تمنعوا) هذا خطاب للأولياء: الأزواج وغير الأزواج، فإذا كانت المرأة مزوجة فوليها زوجها، وإذا كانت غير مزوجة فوليها أبوها ومن يليه ممن هو من أوليائها أو هو المسئول عنها، فالخطاب للرجال الذين هم الأزواج أو غيرهم من الأولياء الذين يتولون أمور النساء.

ثم لما نهى الرجال عن منع النساء من الذهاب إلى المساجد وجه الخطاب للنساء بأن يخرجن بالهيئة التي ينبغي أن يخرجن عليها، وهي أن يكن تفلات فقال: (وليخرجن وهن تفلات) يعني: لا يمنعن ولهن الخروج، لكن بشرط: أن يكن

تفلات.

Jadi kesimpulannya wanita diberi izin pergi ke masjid dengan syarat dan ketentuan yang sdh disebutkan dalam hadits.

Adapun Sabda Nabi janganlah kalian melarang, khitab ini ditujukan untuk para wali, untuk wanita yang sudah menikah maka wali disini adalah suaminya, bagi yang belum maka wali nya adalah ayahnya, atau pamannya atau wali yang lainnya.

أثر عائشة: (لو أدرك رسول الله ما أحدث النساء لمنعهن المسجد)

أورد أبو داود هذه الترجمة: باب التشديد في ذلك، يعني: فيما يتعلق بذهاب النساء إلى المساجد، ومعلوم أنه لا بد من الاحتياط في ذهاب النساء إلى المساجد، وأن يكن ملتزمات بآداب الإسلام، وأن يخرجن بالهيئة التي هي ليس فيها رائحة طيبة ولا لباس حسن، وألا يخالطن الرجال، وأن يكون دخول النساء من باب واحد وما إلى ذلك من الأمور التي جاءت السنة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم في اتصاف النساء بها وهن خارجات إلى المسجد، لكن إذا حصل خروج عن هذه الآداب وعدم التزام بهذه الآداب فعند ذلك يسوغ المنع، وفي ذلك يكون التشديد في مسألة النساء وعدم تركهن يقدمن على شيء يحصل بسببه مضرة عليهن وعلى غيرهن.

أورد أبو داود رحمه الله أثر عائشة رضي الله تعالى عنها أنها قالت: (لو أدرك رسول الله صلى الله عليه وسلم ما أحدث النساء لمنعهن كما منعت نساء بني إسرائيل) يعني: منائشة رضي الله تعالى هذا سببه: أنها رأت من بعض النساء شيئاً من ذلك، ولا يعني أن كل النساء يكن كذلك.

وهذا الذي قالته عائشة رضي الله تعالى عنها وأرضاها محمول على من لهن حق المنع، أما من تخرج وهي تفلة ومحتشمة ومتأدبة وملتزمة بأحكام الإسلام فهذه هي التي جاء الإذن لها من رسول الله صلى الله عليه وسلم، والرسول ما أذن لكل امرأة؛ ولهذا قال: (وليخرجن وهن تفلات) ولم يقل: النساء يخرجن كيف كن.

فـ عائشة رضي الله عنها وأرضاها رأت جانب الخلل الذي حصل من بعضهن فقالت: لو حصل كذا، ومن المعلوم أن الرسول صلى الله عليه وسلم شريعته مستمرة ودائمة، وأحكام هذه الشريعة دائمة مستمرة، ولكن بالتفصيل المعروف: فمن هي أهل للخروج تخرج، ومن ليست أهلاً للخروج تمنع؛ لأنها غير ملتزمة.

إذاً: الرسول صلى الله عليه وسلم لم يطلق ولم يمنع، ولكن جاء عنه تشريع وجاء عنه حكم فيه تفصيل، وهو الإذن في حق من تستحق الإذن، والمنع في حق من تستحق المنع.

وعائشة رضي الله تعالى عنها وأرضاها ما قالته مبني في حق من تستحق المنع، وقد جاء عن النبي صلى الله عليه وسلم ما يدل على أنها تمنع، وذلك لوجود القيد الذي يدل على ذلك حيث قال: (وليخرجن وهن تفلات) فإذا خرجن متطيبات متجملات يفتن الناس، فعند ذلك يحصل منعهن.

وقوله: (قال يحيى: فقلت لـ عمرة: أمنعه نساء بني إسرائيل؟ قالت: نعم).

يحيى هو ابن سعيد الأنصاري وعمرة: هي لـ عمرة بنت عبد الرحمن.

وهذا الكلام مبني على أنه من عمرة وهي تابعية، ولكن الأثر جاء عن عائشة: (لمنعنه كما منعت نساء بني إسرائيل) ولكن يحيى بن سعيد سأل عمرة فقالت: نعم، وهي لم تقله من عندها، وإنما قالته عن عائشة رضي الله تعالى عنها وأرضاها.

Atsar dari Aisyah RA Andai Nabi melihat hal hal yang terjadi pada wanita hari ini (kondisi) Beliau pasti melarang wanita pergi ke masjid ,

Abu dawud juga mengeluarkan pernyataan akan hal ini,bahwa kepergian wanita ke masjid ada ketentuan ketentuan yang tidak boleh dilanggar, pernyatan Aisyah RA, itu tidak terjadi pada keseluruhan wanita, tapi sebagian sudah ada fenomena fenomena yang melenceng dari syariat dan adab islam, jadi dari pernyataan ini bahwa ada wanita yang diperbolehkan pergi ke masjid, dan ada yang dilarang oleh sebab pelanggaran yg terjadi.

Jadi yang diberi izin yang tidak menggunakan parfum, beradab dan berakhlak islami adapun yang melanggar ketentuan ini dilarang pergi ke masjid sebab Nabi tidak mengatakan wanita boleh pergi ke masjid sesuka hati. Jadi Nabi tidak melarang secara mutlak dan tidak mengizinkan secara mutlak, syarat dan ketentuan berlaku.

Dulu banyak sekali para sahabat Nabi yang mengikuti perintah Nabi ini dengan memperkenankan istrinya pergi ke masjid meski sebenarnya hal itu bertentangan dengan jalan fikiran dan hatinya. Tidak ada yang lebih menujukkan hal ini selain hadits Abdulloh bin Umar,ia berkata. Ada salah seorang istri Umar yang selalu ikut sholat subuh dan isya berjamaah di masjid ,lalu ada yang bertanya padanya, ‘Mengapa engkau keluar ,padahal engkau sudah tahu bahwa Umar tidak menyukai hal ini dan juga cemburu ?ia ganti bertanya,’apa yang menghalinya untuk mencegaahku ? ‘yang menghalanginya adalah sabda Rasulullah SAW Janganlah kalian menghalangi hamba hamba Allah perempuan untuk datang ke masjid Allah.

Sejak dulu hingga kini, masjid selalu menjadi sentral cahaya dan petunjuk bagi kaum mslimin dan muslimat.Dalam suasana suci mereka beribadah, dari mimbarnya terdapat nasehat,petunjuk dan bimbingan. Sejak fajrul islam para wanita ikut andil di dalamnya memakmurkan rumah Allah.

Ada beberapa nash shahih yang menjelaskan keterlibatan wanita serta kedatangannya ke masjid,yang semuanya mengisahkan kepergian wanita ke masjid untuk mengikuti sholat fardhu berjama ‘ah sholat jum’at, dan shalat gerhana.dan yang paling populer serta ditekankan sholat idul fitri dan idul adhha.

Dalam shohih muslim disebutkan bahwa Ummu Hisyam binti Haritsah bin An Nu’man berkata, “ Aku tidak menghafal surat Qaf kecuali dari ucapan Rasulullah SAW yang dibaca setiap jum’at dari atas mimbar ,saat Beliau menyampaikan khutbah.Surat yang sama juga dihafal Umaroh binti Abdur Rahman dengan cara yang sama pula.

Ada kisah Asma binti Abu Bakar pernah mengikuti sholat gerhana ,bersama Rasulullah SAW ,karena khutbah beliau kurang terdengar jelas maka ia bertanya kepada seorang laki laki di dekatnya . Hadits riwayat Al Bukhory dari Asma binti Abi Bakar berkata, “Rasulullah SAW berdiri untuk menyampaikan khutbah (setelah sholat gerhana) , lalu Beliau menyebutkan masalah cobaan di kubur yang menimpa seseorang . Saat mendengar penyampaian itu 0rang orang menjadi gaduh, hingga aku tidak bisa memahami bagian akhir dari ucapan Rasulullah SAW , aku bertanya kepada seorang laki laki di dekatku . “Semoga Alloh memberkahimu, apa yang disampaikan Rosululloh SAW di akhir sabdanya ?.Orang itu menjawab ,“Belia” bersabda, “Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan mendapat cobaan di dalam kubur ,dekat dengan cobaan dajjal. Asma juga mengisahkan yang diriwayatkan oleh Asysyaikhoni, muncul gerhana pada zaman Nabi SAW, setelah membereskan keperluan ,aku datang ke masjid lalu aku masuk kedalam.Kulihat Rasululloh SAW sedang berdiri shalat ,maka akupun mengikuti Beliau.Ternyata Beliau berdiri cukup lama, hingga aku berfikir untuk duduk saja kemudian aku menoleh ,dan mataku terarah pada seorang wanita yang kondisinya lemah ,aku berkata dalam hati dia lebih lemah dariku. Maka aku berdiri lagi,lalu Beliau ruku dan memanjangkan rukunya . kemudian berdiri lagi (I’tidal ) dan memanjangkan berdirinya . Andaikan ada seseorang datang dan ikut sholat tentu ia memilih untuk tidak usah ruku’ .Rasulullah SAW menyelesaikan sholatnya ,sementara matahari sudah sempurna lagi .Lalu Beliau berkhutbah di hadapan orang orang ,memuji Allah.

Islam juga mnganjurkan wanita untuk ikut sholat ‘Idul Fitri dan Idul Adha. Didalam Shohih Bukhory dan Shahih Muslim Rosululloh memerintahkan agar mengeluarkan para wanita seluruhnya baik yang mendekati baligh.wanita dalam pingitan wanita wanita haid pada 2 hari raya umat islam; hari raya ‘Idul Fitri dan hari raya ‘Idul Adha. sebagai manifestasi saling tolong menolong dalam kebajikan dan taqwa.

Dari Ummu Athyiah dia berkata Rasulullah SAW memerintahkan agar kami mengeluarkan para wanita yang mendekati baligh serta gadis-gadis yang sedang dipingit pada hari raya ‘Idul fitri dan ‘Idul Adha dan beliau juga memerintahkan para wanita haid untuk berada di sisi tempat sholat kaum muslimini (HR Muslim ). Dari Ummu Athiyyah juga dia berkata, Rasulullah SAW memerintahkan agar kami mengeluarkan para wanita pada ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adhha yaitu wanita yang mendekati aqil baligh gadis gadis yang dipingit wanita wanita haid wanita haid ini tidak ikut sholat hanya ikut mengharapakan kebaikan dan berdoa bersama sama kaum musliinin. Aku (ummu athiyyah) berkata wahai Rosululloh salah seorang diantara kami ada yang tidak mempunyai jilbab, Beliau bersabda hendaklah saudarinya meminjamkan jilbab kepadanya. (HR Muslim )

Wanita wanita muslimah zaman Nabi yang merupakan zaman keemasan betul betul menyadari urusan dinnya, juga berambisi selalu update urusan keumatan secara menyeluruh baik urusan dunia maupun akhirat. Jika ia mendengar seruan Ash Sholaatul jaami’ah, maka ia segera bergegas pergi masjid untuk mendengar apa apa yang berasal dari mimbarNabi SAW. Dari Fatimah binti Qois, salah seorang muhajiroh periode pertama ia berkata, ’Ada seruan Ashsholaatul jaamiah, ,maka aku segera pergi bersama orang orang yang hendak pergi ke masjid, lalu aku sholat mengikuti Rasulullah SAW, saat itu aku berada di shaf wanita terdepan tepat di belakang shaf terakhir laki laki

Dari beberapa nash tadi menjelaskan tentang kebolehan wanita muslimah pergi ke masjid dalam berbagai kesempatan. Dan ini termasuk , sesuatu yang biasa terjadi ,atau sudah menjadi hal yang maklum. Memang terkadang terjadi hal hal yang tidak diinginkan dalam perjalanan mereka ke masjid ini,namun demikian Nabi SAW tidak melarang wanita yang ingin pergi ke masjid setelah kejadian yang tidak baik ini, karena hadirnya wanita di masjid dari waktu ke waktu memberi dampak positif pada wanita,mengasah akal, ruh, serta kepribadian

Dari Wail AlKindy ,bahwa ada seoarang wanita diperkosa dalam khgelapan shubuh ketika hendak pergi ke masjid ,lalu wanita tadi berteriak kepada lelaki yang kebetulan lewat, sementara laki-laki yang memperkosanya sudah melarikan diri, saat itu juga ada serombongan laki- laki yang juga lewat disitu, wanita tadi juga berteriak minta tolong kepada mereka. maka mereka memegang laki-laki tadi dan menggelandangnya dalam keadaan terikat.laki-laki itu berkata.”Justru akulah yang menolongmu, sementara yang memperkosamu telah lari”. Mereka membawa laki laki itu ke hadapan Rasulullah SAW serta melaporkan bahwa laki laki itu telah memperkosa wanita tadi, akan tetapi ia mengelak tuduhan tersebut.laki laki tadi berkata ,”Akulah justru yang menolong wanita tadi dari yang memperkosanya”.Wanita itu berkata, ”dusta”. dialah yang memperkosaku, maka Nabi bersabda, “Kalau begitu, pergilah,dan rajamlah laki laki itu”.

Tiba tiba dari kerumunan muncul seorang laki laki yang berkata ,”Kalian jangan merajamnya, tapi rajamlah aku, karena aku pelakunya”. Setelah ada pengakuan ini ,mereka bertiga dibawa ke hadapan Nabi SAW,yaitu laki laki yang memperkosa, laki laki yang dituduh memperkosa, dan wanita yang diperkosa .Beliau bersabda kepada orang yang dituduh memperkosa,”Dosa dosamu telah diampuni”, lalu kepada orang yang mengaku memperkosa Beliau bersabda,”Suatu pengakuan yang baik”. Umar RA menyahut, ’Rajamlah orang yang mengaku berbuat zina”. Beliau bersabda, “Tidak,karena ia telah bertaubat kepada Allah dengan suatu taubat yang andai taubat serupa dilakukan penduduk madinah ,tentu taubatnya itu akan diterima,” (HR. Ahmad)

Meski ada insiden seperti ini yaitu pemerkosaan wanita dalam perjalanan menuju masjid,Rasulullah tidak merubah ketetapan Beliau tentang kebolehan wanita pergi ke masjid,sebab banyak sekali faidah faidah positif terhadap diri wanita wanita yang rajin mendatangi masjid ,baik untuk sholat fardhu 5 waktu,juga holat jumat dan sholat gerhana seperti yang sudah penulis kemukakan di depan.

Faidah hadits ini juga merupakan suatu kaedah bila ada ketetapan suatu hal positif atau kebajikan lalu ada kejadian buruk atau kasus di dalamnya tidak serta merta merubah ketetapan. Ini terkadang terjadi di dunia pesantren sering terjadi suatu kegiatan positif pendukung kegiatan pesantren akhirnya dilarang karena ada hal hal negatif atau pelanggaran yang terjadi.ini semestinya tidak terjadi lagi jika kita mengikuti arahan Nabi kita Muhammad SAW. Cukup dibuatkan sistem yang lebih baik lagi untuk pengendaliannya. Karena Nabi tidak merubah keputusannya dari membolehkan wanita pergi ke masjid,menjadi melarang wanita pergi ke masjid.Padahal sempat terjadi kasus pemerkosaan. padahal ini menyangkut kehormatan muslimah, yang mana dalam pandangan ISLAM bila ada orang kafir melecehkan wanita muslimaapalagi sampai memerkosanya..itu sama artinya menabuh genderang PERANG. Seperti kisah populer yang terjadi zaman khalifah Almu’ tashim ,ada seorang wanita muslimah dilecehkan lalu ia berteriak “ YAA MU’TASHIMAAH….” lalu sang khalifah pun menyambut seruannya, “ LABBAIKA YAA UKHTAAH…” dan Beliau pun mengirim pasukan untuk membebaskan wanita muslimah tadi.

Rasulullah senatiasa memperhatikan keadaan jamaah wanita,oleh karenanya Beliau memendekkan sholat apabila terdengar tangis bayi khawatir ibunya gundah karenanya. Suatu saat Nabi menangguhkan isya, lalu Umar berseru pada Beliau,”Para wanita dan anak anak sudah tidur”. Lalu Beliau keluar rumah dan bersabda,”Tak seorangpun selain kalian dari penduduk bumi ini yang sedang menunggu sholat ini.

Rasulullah juga mengatur wanita dalam shaf sholat. Sebaik baik shof laki laki adalah yang paling depan,dan seburuk buruk shofnya adalah yang paling belakang, Dan sebaik baik shaf wanita adalah yang paling akhir dan seburuk buruk shofnya adalah yang paling depan. Ada juga riwayat Albukhory dalam masalah kapan wanita bubar dari sholatnya .

Dari Hindun Binti Harits ,bahwa Ummu Salamah istri Rasulullah SAW mengabarkan kepadanya bahwa wanita pada zaman Nabi SAW langsung berdiri setelah mengucapkan salam dalam jamaah sholat fardhu.sementara jamah pria boleh pergi kapan saja ia mau.namun mereka akan berdiri setelah Rasulullah berdiri.

Asy syaikhoni meriwayatkan tentang peringatan yang bisa dilakukan jamaah waita kepada imam dengan cara tepuk tangan. Dari Sahl bin Saad As Saidy,ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,’ Mengapa tidak kulihat kalian memperbanyak tepuk tangan ?barabgsiapa mendapatkan suatu yang salah dalam sholat, maka hendaklah ia bertasbih, sesungguhnya siapa yang bertasbih aku akan menengok ke arahnya ,tepuk tangan itu hanya bagi kaum wanita.

Jumlah wanita yang aktif pergi ke masjid dari waktu ke waktu semakin banyak, Bahkan mereka pernah memenuhi serambi masjid pada zaman abbasiyah, sampai memaksa kaum lelaki yang terlambat hadir harus sholat di belakang shof wanita, Kasus inilah yang pernah difatwakan Imam Malik dalam Al Mudawanatulkubro, Ibnul Qosim berkata ,”Aku bertanya kepada Imam Malik tentang laki laki yang datang terlambat ke masjid lalu mendapatkan serambi masjid sudah dipenuhi jamaah wanita, sementara masjidpun sudah penuh jamaah laki laki, hingga akhirnya mereka sholat di belakang shof wanita, sholat bersama imam. Bagaimana hukumnya? Imam Malik menjawab,”Sholat mereka sah dan tidak perlu diulangi.

Akan tetapi perlu diingat, kepergian wanita ke masjid untuk mengikuti sholat jamaah tidak boleh mendatangkan fitnah, harus sejalan dengan syariat islam,seperti tidak ikhtilat, tidak memakai parfum dan lain lain yang sudah diatur oleh islam, apabila menimbulkan kerusakan maka,sholat waita di rumah lebih baik daripada sholat di masjid. Sabda Nabi SAW, “Jika salah seorang diantara kalian (para wanita ) mengikuti sholat isya, maka janganlah ia mengenakan minyak wangi pada malam itu “. (HR Muslim )

Namun jika ada sebagian lelaki yang khawatir akan muncul fitnah yang terlalu dibesar besarkan, hingga melarang istrinya ke masjid, di sini berlaku larangan Nabi menghalang halangi wanita pergi kemasjid. Ada hadits yang diriwayatkan Mujahid dari Ibnu Umar, “Janganlah kalian menghalangi para wanita untuk pergi ke masjid pada waktu malam”. Salah seorang anak Abdulloh bin Umar berkata,”Kita tidak akan membiarkan para wanita itu keluar lalu mereka rusak karenanya.Lalu Ibnu Umar menghardik anak itu seraya berkata,”Rosululoh sudah menetapkan masalah ini sementara engkau berkata seperti itu”. Dalam shahih Muslim disebutkan sabda Beliau yang lain yang diriwayatkan Bilal bin Abduloh bin Umar ,dari ayahnya ,”Janganlah kalian halangi bagian para wanita dari masjid masjid jika mereka meminta izn kepada kalian .”Bilal berkata , ”Demi Alloh kami akan menghalangi mereka, Abduloh berkata kepadanya kukatakan bahwa Rasulullah sudah menetapkan masalah ini sementara engkau mengatakan kami akan menghalangi mereka”.

Penulis mengangkat tema ini ,besar harapan kami kepada para muslimah, baik yang masih single maupun yang sudah berumahtangga, sudah menjadi ibu, ataupun nenek untuk dapat melaksanakan sunnah ini, sehingga akan lahir atau akan terasuh generasi islam dari Rahim wanita wanita yang selalu tertambat hatinya ke masjid, sebuah generasi khoiru ummah, sebagaimana zaman kenabian, zaman khulafaur rosyidin, bani Umayyah, bani Abbasiyyah , tokoh-tokoh islam gemilang, yang sejarahnya selalu terukir dengan tinta emas , yang selau dikenang dan diteladani kaum muslimin hingga akhir zaman.

Terkhusus bila masjid impian pesantren kami (Nurul Hadid) berdiri, yaitu MASJID AT TAAWUN dan diberi ruang khusus jamaah wanita, jangan sampai disia siakan oleh para ummahat (tentu yang sudah tidak punya baby, alias yang sudah longgar) sekaligus membuka kembali cakrawala berpikir kita tentang hukum wanita ikut sholat berjamaah di masjid, sehingga para santri maupun asatidz juga para aba tidak asing jika melihat ada ibu- ibu ikut sholat bersama di masjid. Sementara hari ini penulis sering menyaksikan di pesantren pesantren putri yang mana sholat berjamaah di masjid didirikan 5 kali sehari,namun penulis jarang melihat ummahat yang ikut serta berjamaah di masjid, padahal jarak rumah mereka dengan masjid hanya beberapa meter. Wallahu A’lam factor apa penyebabnya, bagi yang punya baby,bisa dimaklumi namun yang anak anaknya sudah besar, ini menjadi tanda tanya, jangan jangan hukum shalat berjamaah di masjid bagi wanita ini belum menjadi hal yang populer di kalangan kita. Hingga terjadi suatu hal yang musykil, terkadang kita menganggap bahwa kedatangan wanita-wanita kita ke masjid itu kurang baik, atau dapat menimbulkan fitnah, sementara kepergian wanita-wanita ke Pasar, Mall, Kolam renang umum, Arena bermain, Tempat wisata dll itu Tidak apa-apa. Hal Ini kan sebab analogi rancu,Namun karena sudah menjadi tradisi yang sudah mendarah daging, hingga merubahnya pun perlu kearifan, tadarruj, bertahap (step by step). Wallahu A’lam bish shawab.

Topik :
Muslimah Fiqih

Terkait